Baru-baru ini Pekalongan membawa kejutan baru di sekitar kabupaten
Pekalongan tepatnya di IBC Jalan Ahmad Yani 573 Wiradesa Kabupaten
Pekalongan. Taman lampion yang dibuka 6 maret 2014 lalu sekarang menjadi
daya tarik sendiri. “Ini sebagai wisata malam di IBC dan akan selamanya
seperti ini” ucap penjaga IBC. Gagasan yang bagus dari pemerintah
kabupaten Pekalongan, membangun taman wisata lewat lampion. Lampion
adalah lampu yang cantik ketika di pandang. Lampu-lampu tersembunyi
diantara bentuk-bentuk yang dibuat sehingga menampakkan bentuk-bentuk
yang unik seperti huruf LOVE, angsa, kupu-kupu, spongebob, petrik,
doraemon, monas, dan masih banyak lagi. Dibuka dari pukul 18.00 – 22.00
WIB.
Taman lampion juga ditemukan di kota Malang dan Yogyakarta tepatnya
di taman lampion di Batu Night Spectacular (BNS) kota Batu Malang, Jawa
timur dan taman lampion di Taman Pelangi Yogyakarta di monumen Jogja
Kembali.
Di China, dahulunya lampion digunakan sebagai sarana penerangan, baik
untuk di rumah ataupun jalanan. Lentera memiliki peranan penting dalam
memajukan kehidupan di sana. Selain itu, lampion juga menjadi bagian
dari tradisi. Maka tradisi tersebut hanya dilakukan menggunakan lampion
biasa, yang berbentuk bulat atau lonjong. Namun seiring perkembangan
zaman, bentuk lampion pun banyak berubah. Bukan sekadar lonjong atau
berbentuk tabung, kini dibentuk menyerupai mahluk hidup.
Dan di Beijing ada festival lampion. Awalnya festival lampion
dilangsungkan dalam perayaan hari besar Cap Go Meh sejak zaman dinas
Han. Namun sekarang festival lampion atau deng ji digelar tidak hanya
sebatas merayakan Cap Go Meh saja. Bentuk-bentuk yang suguhkan mulai
dari replika naga, bunga hingga istana, ukurannya pun tak
tanggung-tanggung.
Maka ketika Pekalongan mulai dengan gerakan taman lampion, bisa jadi
pemerintah kabupaten Pekalongan menjadi taman lampion ini sebagai daya
tarik para pelancong, turis maupun masyarakat asli Pekalongan untuk
berkunjung di IBC.
Sejak dibukanya Internasional Batik Senter ini, yang
mulanya ramai namun kian hari kian berkurang pengunjung IBC untuk datang
ke kios-kios batik yang merk dan kualitasnya dijaga. Dengan dibukanya
taman lampion tersebut, membuat para pengunjung secara otomatis akan
pergi ke IBC hanya
![]() |
bersantai |
Seandainya saja semua objek wisata bisa seperti ini. Seenggaknya
punya daya tarik selain hanya itu-itu saja yang ditawarkan. Begitu pula
dengan pantai Marina, dari dulu tak ubahnya tempatnya seperti itu, tidak
diberi tambahan permainan anak atau permainan air, masih sama hanya
bisa menikmati ombakan laut dan matahari terbenam. Hasilnya pengunjung
ramai ketika hari sabtu dan minggu.
Saat adanya Jateng Fair juga ada pameran taman lampion di PRPP
semarang yang biaya masuk saat itu 12.000 per anak. Dan saat itu pula
PRPP menjadi ramai, namun itu pun sementara tak selamaya menjadi ramai
oleh pengunjung. Untuk semuanya saja. Jangan biarkan pesona wisata yang
dulu atau sekarang dibanggakan tapi nantinya menjadi sepi karena ulah
kita yang tidak mau ikut serta membangun dan meramaikan. Sekarang ketika lampion mulai berbicara, tidak
hanya pemerintah saja yang berperan namun kita, kalian-kalian yang
mengaku punya rasa solidaritas terhadap perkembangan wisata di Indonesia
untuk memikirkan jalan apa yang harus diperbuat untuk memajukan objek
wisata asli wisata Indonesia. (@wrs)
Sumber : VokalPers.co
Sumber : VokalPers.co
Silahkan tulis kesan dan kritik kepada kami
BalasHapus