August Lampion
Radar Malang - Produk Kampoeng lampion (August Lampion) sudah dikenal di seantero Indonesia.
Tak hanya Indonesia, produknya kini juga sudah menembus mancanegara,
termasuk ke Eropa. Setiap bulan misalnya, August mengirim 500 lampion ke
Perancis.
Tidak sulit untuk mencari dimana August tinggal. Hampir semua warga
Kelurahan Jodipan, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, mengenal August. Cukup
sebut “
August Lampion ”, orang-orang langsung menunjukkan lokasi rumahnya.
Berada di sebuah gang sempit sebelah barat Jalan Juanda Gang 5, August dan keluarganya tinggal di sebuah rumah bernomor 1919.
Pria yang mempunyai tinggi sekitar 175 sentimeter tersebut membiarkan
rambut gondrongnya acak-acakan. Tampilannya seperti seniman kebanyakan.
Gayanya santai dan apa-adanya. Begitulah keseharian August yang selama
lebih dari 17 tahun tersebut dikenal sebagai perajin
lampion yang
handal.
Usaha
lampion dirintis pada 1998 lalu. Saat itu August yang hanya tamatan SMA
dan lama menganggur itu berniat untuk membuka usaha sendiri. Ia pun
melihat
lampion menjadi satu bentuk kerajinan yang punya potensi besar.
Tidak seperti sekarang, waktu itu pengrajin
lampion bisa dihitung dengan
jari. “Akhirnya aku coba-coba. Apalagi ada orang yang pesan,” kata dia.
Dari coba-coba itu, August makin jatuh cinta pada
lampion . Lambat laun,
pesanan lampion mengalir semakin deras. Menyadari makin hari
pesananannya makin banyak, August mencari orang lain untuk membantu
pekerjaannya.
Sedikitnya, ada delapan orang pengrajin yang ia berdayakan.
Kebanyakan adalah warga di sekitar tempat tinggalnya. Dengan delapan
pekerja, dalam sebulan August bisa menyelesaikan pesanan 2.500 buah
lampion. Bahkan, 2-3 bulan menjelang Imlek, pesanan lampion semakin
tinggi. Bisa lebih dari 3.000 lampion sebulan. Pesanan lampion datang
dari berbagai daerah, mulai Jember, Jakarta, hingga Samarinda.
Bahkan, selama beberapa tahun belakangan, August rutin mengirim 300-500
lampion ke Perancis setiap bulannya. Bentuk lampionnya elips, seperti
piring terbang. Sedangkan motif yang digunakan adalah batik.
Tidak cukup puas dengan lampion rotan, dalam 3-4 tahun belakangan, August mulai membuat lampion karakter. Bentuknya macam-macam, dari model
bunga, hewan, sampai karakter kartun Spongebob. Lampion-lampion karakter
biasanya dipesan oleh pusat perbelanjaan. Tapi paling banyak oleh
taman-taman kota dan tempat rekreasi. Di antaranya mulai Malang Night Paradise di Kota Malang, Taman Kota Jombang dan Bondowoso, hingga
Alun-Alun Sidoarjo dan Ngawi.
Terakhir, mulai Maret nanti karya-karya August bisa dinikmati
pengunjung International Batik Center (IBC) Pekalongan. Total ada 40
lampion berbagai ukuran yang yang menghiasi pusat batik terbesar itu.
Ada lampion karakter Doraemon dengan tinggi sekitar 1 meter, hingga
karakter Patrick Star setinggi 1,7 meter.
Berbeda dengan lampion rotan, pengerjaan lampion karakter lebih
rumit. Untuk bentuk paling sederhana seperti labu Halloween dengan
diameter 50 sentimeter, August bisa mengerjakan paling banter lima buah
dalam sehari. Untuk lampion karakter yang kecil-kecil seperti itu,
harganya paling murah Rp 150 ribu, lebih mahal ketimbang lampion rotan
yang sekitar Rp 30 ribu per buahnya.
Tapi sebenarnya tidak ada patokan untuk harga lampion karakter. Semua
bergantung pada ukuran dan tingkat kerumitan pembuatannya. Lampion
karakter paling besar yang pernah dikerjakan adalah lampion Collesium yang dipesan oleh Malang Night Paradise. Tingginya lebih dari sepuluh meter meter
dan memakan waktu pengerjaan hampir dua minggu. Karena itu, tidak heran
bila harganya sampai tembus Rp 80 juta.
Karena rumitnya membuat lampion karakter, kuantitas produksinya tidak
bisa sebanyak lampion rotan. Jika untuk lampion rotan dia bisa
memproduksi 3.000 lebih, maka lampion karakter sekitar 20 per bulan.
(*/fir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar